DRAFT
PENELITIAN
Nama :
Juhaeral
NIM :
20100108031
Fak/Jur :
Tarbiyah dan Keguruan/PAI
Judul
Skripsi : Strategi pembelajaran Guru Agama Islam Dalam Meningkatkan
Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Di MA Darus Shafaa Balang-Balang Kabupaen
Sinjai
A.
Latar Belakang
Masalah
Dalam
perkembangan pendidikan pendidikan di indonesia, salah satu yang sangat penting
dalam pelaksanaan pendidikan adalah masalah strategi mengajar atau mendidik,
oleh karena itu, setiap guru harus memiliki strategi pemberian motivasi
mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan sehingga siswa akan
lebih giat, terarah dan bersungguh-sungguh disamping itu, salah satu langkah
untuk memiliki strategi pemberian motivasi guru harus menguasai teknik
penyajian yang biasa di sebut dengan metode belajar.
Guru di sekolah memang
peranan sangat penting dalam menentukan strategi yang tepat untuk meninggkatkan
hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut,
diperlukan berbagai macam perangkat alat pendidikan, di samping motivasi dari
guru yang dapat membangkitkan semangat belajar dan kesadaran mengenai yang akan
di capai serta mamfaat dari pelajaran itu. Karena itu, dalam kegiatan menurut
Roestiyah. N,K. Guru harus memiliki strategi agar anakdidik dapat belajar
efektif dan efisien, mengantar pada tujuan yang diharapkan.[1] Salah
satu langkah untuk memiliki stategi itu adalah harus menguasai teknik teknik
penyajian atau yang biasa di sebut metode mengajar, denngan demikian metode
mengajar adalah strategi pengajaran
sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Di dalam proses belajar
mengajar kegiatan interaksi antara guru dan murid merupakan kegiatan yang cukup
dominan. Dalam proses belajar mengajar murid tentunya memiliki potensi
kelemahan dalam berbagai segi utama dalam hal belajar untuk belajar yang aktif
dan efektif diperlukan adanya minat. Hal ini amat menentukan keberhasilan
belajar siswa yang memiliki minat yang tinggi tentunya besar kemungkinannya
akan pintar, cekatan, ulet dan memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Sebaliknya siswa yang memiliki minat yang rendah tentunya sedidkit
kemungkinannya untuk berhasil. Olehnya itu meningkatkan minat belajar
pendidikan agama islam diperlukan upaya yang utama, terarah dan terpadu.
Dalam pelaksanaannya
pendidikan ini, usaha-usaha guru khususnya guru pendidikan islam sangat penting
artinya karena ia bertanggung jawab dan turut menentukan arah pendidikan itu.
Untuk mencapai arah dan tujuan pendidikan bidang studi agama, diperlukan kemampuan
guru untuk dapat menggunakan metode dan pendekatan dalam proses belajar
mengajar yang di anggap paling efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan diatas, penulis merumuskan pokok permasalahan
yang akan di bahas dalam skripsi ini.
Adapun rumusan
masalah penelitian ini adalah :
1.
Strategi apa yang
dilakukan guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan minat belajar siswa
pada bidang studi agam islam di MA Darus Shafaa balang-balang kabupaten sinjai?
2.
Faktor faktor apa yang
mempengaruhi tumbuhnya mnat belajar agama islam pada siswa di MA Darus Shafaa
balang-balang kabupaten sinjai?
3.
Bagaiman gambaran minat
siswa dalam belajar agama islam di MA Darus Shafaa balang-balang kabupaten sinjai?
C. Defenisi opersional Variabel
Untuk
menghindari persepsi yang salah dalam menginterpretasikan judul penelitian ini,
maka terlebih dahulu peneliti akan memngemukakan defenisi yang sesuai dengan
variabel judul tersebut, guna menghindari kesimpang siuran dalam pembahasan
selanjutnya.
1.
Strategi guru
Stategi
guru adalah suatu cara atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif dan efisien, dalam hal kegiatan pembelajaran strategi
sangat perlu dikuasai oleh guru,
khususnya guru pendidikan agama islam agar tercipta suausana pembelajaran yang
lebih baik dan menyenangkan didalam kelas.
2.
Minat belajar
Minat adalah rasa suka dan ketertarikan pada
suatu hal atau aktifitas[2]. Belajar
adalah Suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi, dan menganalisa
bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh pengajar Yng berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran
yang disajikan.[3]
Minat
belajar adalah kecenderungan siswa untuk lebih bergairah dalam memperoleh
pengalaman dan pengetahuan.[4]
D.
Tujuan dan kegunaan
1.
Tujuan
penelitian
Seseorang yang akan mengadakan
penelitian tentu mempunyai tujuan yang akan di capai. Oleh karena itu, dalam
penelitian skripsi ini, tujuan yang ingin di capai adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui strategi
yang diterapkan oleh guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan minat
belajar siswa pada bidang studi agama di MA Darus Shafaa balang-balang
kabupaten sinjai.
b.
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya minat belajar agama pada siswa MA Darus
Shafaa balang-balang kabupaten sinjai.
c.
Untuk mengetahui minat
belajar agama islam pada pada MA Darus Shafaa balang-balang kabupaten sinjai?
2.
Kegunaan
penelitian
a.
Kegunaan praktis; dengan
hasil penelitian diharapkan nantinya akan memberikan masukan kepada guru
terutama guru PAI dan kepala sekolah MA Darus Shafaa balang-balang kabupaten
sinjai.
b.
Kegunaan ilmiah; khusus
bagi penyusun diharapkan dapat melatih daya kreatif dan analisis serta mencoba
merealisasikan antar teori yang didapatkan di bangku kuliah dengan kenyataan
yang ada di lapangan.
E.
Kajian Pustaka
2.
Strategi Guru Agama Islam
a.
Pengartian strategi
Strategi adalah berasal dari bahasa yunani, yaitu strategos, yang
berarti keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara dan taktik.[5]
Guru adalah
merupakan sauatu jabatan khusus dalam dunia pendidikan dia salah satu sumber
belajar yang utama karena dari sanalah siswi/peserta didik memperoleh
bimbingan, pengjaran dan pelatihan. Profesionalisme seorang guru diperoleh
lewat pendidikan khusus keguruan atau latihan dan pengalaman.
Sehubungan dengan uraian tersebut.
H. Abdurrahman dalam bukunya “ pengelolaan pengjaran”, mengemukakan bahwa :
Guru adalah
seorang anggota masyarakat yang berkompeten, cakap, mampu dan wewenang dan memperoleh
kepercayaan dari masyarakat atau pemerintah untuk melaksanakan tugas
mengajar/transfer nilai kepada murid.[6]
Pengertian
lain, “guru adalah suatu jabatan yang bersifat profesional”.[7] Karena
itu masalah yang pokok dewasa ini adalah bagaimana mengembangka proses belajar
mengajar, agar lebih berdaya guna dan berhasil serta lebih bertannggung jawab.
Untuk itu sebelum membina dan mengembangkan kemampuan siswa, guru itu sendiri
perlu memiliki kemampuan.
Pada
sisi lain guru merupakan suatu profesi yang artinya “suatu jabatan atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian khusu sebagai guru”.[8]
Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untk memiliki suatu
keahlian, apalagi seebagian guru yang profesional yang harus menguasai betul
seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainya
yang perlu dibina dan dikemangkan melalui masa pendidikan tertentu atau di
kenal denag pendidikan pra jabatan.
Guru
adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber
daya manusia yang potensial dibidang pembangunan”[9] dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab
untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan
tertentu. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan
dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi
dan tanggung jawab. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu
yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.
Guru
adalah suatu jabatn fungsional yang dilaksanakan atas dasar kode etik profesi”[10] Dalam
pengertian lain “guru adalah suatu kedudukan fungsional melaksanakan
tugas/tanggung jawab sebagai pengajar, pemimpin dan orang tua”.[11]
Melihat
kutipan tersebut di atas, dapatlah dipahami bahwa guru adalah setiap orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa atau peserta didik
serta orang yang mempunyai kemampuan, kecakapan dalam mentransfer pengetahuan
kepada siswa atau peserta didik.
b.
Tugas Dan Peranan Guru
Penddidikan Agama Islam
Peranan dan fungsi guru sangat
penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, situasi yang dihadapi
guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses
belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, guru sepatutnya peka terhadap
berbagai situasi yang di hadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah laku
dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi.
Tugas dan peranan guru dalam
bidang kemanusiaan harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia
harus menarik simpatik sehinga menjadi idola
para siswanya. Sebaiknya bila seorang guru dalam penampilannya tidak
menarik, maka kegiatan peranannya ia tak
akan dapat menanamkan dasar-dasar pengajaran kepada siswanya.
Tugas dan peranan guru dalam
mengajar meliputi banyak hal, oleh karena itu ada beberapa pendapat yang
penulis kemukakan, antara lain:
Adams dan Decey dalam moh Uzer
Usman, mengatakan bahwa tugas dan peranan guru meliputi banyak hal antara lain:
3.
Pengajar
a.
Pemimmpin kelas.
b.
Pembimbing.
c.
Pengatur lingkungan.
d.
Partisipasi.
e.
Perancang.
f.
Supervisor.
g.
Motivator.
h.
Konselor.[12]
H. Abdurrahman,
mengemukakan bahwa untuk menangani tugas-tugas keguruan itu, seorang guru
berperan sebagai:
a.
Fasilitator : Menciftakan situasi.
b. konselor :
pembimbing/penyuluh.
c.
motivator : memberi dorongan/sugesti.
d. organisator :mengorganisasikan kegiatan proses belajar mengajar
e.
informator : menerangkan/memberi
informasi.[13]
Havinghurst dalam sardiman AM, menjelaskan
bahwa :
Peranan guru di
sekolah dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (sabornitae) terhadap
atasannya, sebagai kolega alam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai
mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin,
evaluator dan pengganti[14]
Sardiman AM, mengemukakan, peranan guru antara
lain:
a.
Informator
b.
Organisator
c.
Motivator
d.
Pengarah/direction.
e.
Insiator.
f.
Transmitter.
g.
Fasilitator.
h.
Mediator.
i.
Evaluator.[15]
Akan tetapi yang
akan penulis kemukakan disini tugas dan peranan guru sebagai profesi, guru
sebagai pendidik
1.
Guru sebagai pengajar
Dalam proses
belajar mengajar guru mempunyai tugas motivasi, mengajar dan memberi fasilitas
belajar bagi peserta didik untuk mencapai tujuan. Selain itu guru juga
mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas
demi membantuproses perkembangan anak didik
Sebagai seorang
pengajar iya harus menitikberatkan pembinaan dalam memberi motivasi untuk
mencapai tujuan melalui pengalaman belajar serta membantu perkembangan
aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.
Dalam sistem
pengajaran terdapat yang ingin dicapai, olehnya itu agar kegiatan belajar
mengajar efektif, ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagi dasar dalam merancang kegiatan belajar
mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan dan metode serta menntukan
evaluasi
2.
Guru sebagai pembimbing
Bimbingan
merupakan serangkaian dari usaha pendidikan, sebagai seorang pendidik guru juga
sebagai pembimbin. Membimbing merupakan kegiatan menuntun anak didik sesuai
dengan perkembangannya dengan jalan memberikan arahan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan, termasuk dalam hal ini membantu memecahkan persoalan atau
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik, utamanya dalam proses belajar
mengajar, denagn demikian, diharapkan dapat menciptakan perkembangan yang lebih
baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun mental
Pada dasarnya
peranan guru seagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang
bermasalah. Dalam mengajar, ada anak didik yang cepat mencerna materi
pelajaran, dan adapula anak didik yang lambat memahami materi yang diberikan
oleh guru. Kedua tipe menghendaki agar guru bimbingan serta menyesuaikan
strategi mengajar yang sesuai dengan tipe belajar anak didik.
Atas dasar
tersebut, Sardiman AM, mengemukakan bahwa guru dalam menjalankan tugas
pengabdiannya, Karena:
1)
Merasa terpanggil.
2)
Mencintai anak didik.
3)
Mempunyai rasa tanggumng
jawab secara penuh dan sadar mengenai tugasnya.[16]
3.
Guru sebagai pendidik
Sebagai
seorang guru hendaknya, menyadari dirinya sebagai pembimbing dan penolong yang
harus memperhatikan sifat-sifat dan pembawaan anak didiknya, sehingga guru
bersifat ikhlas dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, agar usaha yang
dicita-citakannya dapat tercapai.
Pendidikan
disekolah berlangsung dalam suatu proses yang didalamnya terdapt berbagai
faktor yang berhubungan satu sama lain. Hubungan ini di tandai adanya kegiatan
yang bersifat educatif dan manusiawi antara pendidik dan peserta didik.
Proses
pendidikan dan pengajaran dan pengajaran hendaknya dilakukan dengan pendekatan
edukatif karena motif lain seperti dendam, gengsi atau ingin ditakuti atau
karena ingin memberikan sangsi hukum yang melukai badan siswa. Dalam hal ini
seorang guru telah melakukan pendekatan yang salah, guru yang telah melakukan
teori power yakni teori kekuasaan dengan menundukkan orang lain dalam
pendidikan guru harus arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal
itu bisa merugikan dan perkembangan kepribadian anak didik.[17]
Jadi
pendekatan yang efektif bagi guru adalah pendekatan yang edukatif. Setiap tindakan,
sikap dan perbuatan guru harus bernilai edukatif denagn tujuan mendidik anak
didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan agama.
Tindakan, sikap dan perbuatan tersebut merupakan konsekwensi logis bagi
seseorang yang berprofesi sebagai guru.
Dengan
demikian, guru sebagai pembimbing dan pengajar terikat dalam suatu ikata
profesi yang tidak dapat dipisahkan, semuanya terkait dalam satu kegiatan
pendidikan.
b.
Tanggung jawab guru
pendidikan islam
Masalah
tanggung jawab tidak dapat dilepaskan dari kedewasaan. Seperti yang telah kita
ketahui bahwa orang dewasa bukan fisiknya saja yang dewasa, akan tetapi
psikisnya juga harus dewasa, dapat berdiri sendiri, mampu menentukan pilihan
sendiri, menguasai masalah sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain serta
bertanggung jawab pada diri sendiri.
Orang
dewasa, melaksanakan tugas sebagai pendidik karena mengingat tanggung jawab
atas kelangsungan hidup tertutama keluarga, golongan, kelompok atau bangsa.
Tanpa tanggung jawab orang tidak akan melaksanakan sesuatu, pendidik atau guru
melaksanakan tugasnya karena tanggung jawab.
Orang
tua mendidik anaknya sebagai upaya tanggung jawab atas kesejahteraan
anak-anaknya, karena tanggung jawab yang dipikulnya itu iya berani mengambil
resiko dalam bentuk apapun demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan
keturunannya termasuk orang yang tidak dapat bertanggung jawab, orang yang
tidak dapat bertanggung jawab berarti orang yang belum dewasa, orang yang belum
dewasa tidak mungkin mendidik orang manjadi dewasa.
Setiap
guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang
pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan
nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses
konservasi nilai, karena melalui proses pendidikan di usahakan terciptanya
nilai-nilai baru.[18]
Setiap
tanggung jawab memerlukan sejumlah kemampuan dan setiap kemampuan dapat
dijabarkan lagidalam kemampuan yang lebih khusus, antara lain:
1.
Tanggung jawab moral,
yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang
disesuaikan denagn moral pancasila dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Tanggung jawab dalam
bidang pedidikan di sekolah, yaitu setiap guru harus menguasai cara belajar
mengajar yang efektif, mampu membuat satuan pelajaran, mampu dan memahami kurikulum
dengan baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa mampu
memberikan nasehat, menguasai teknik teknik pemberian bimbingan dan layanan,
mampu membuat dan melaksanakan evaluasi, dan lain-lain.
3.
Tanggung jawab guru dalam
bidang kemasyarakatan, yaitu turut serta menyukseskan pembangunan dalam
masyarakat yakni untuk itu guru harus mampu membimbing, mengabdi dan melayani
masyarakat.
4.
Tanggung jawab guru dalam
bidang keilmuan, yaitu guru selaku keilmuan bertanggung jawab dan turut serta
memajukan ilmu, terutama ilmu yang menjadi spesialisnya, dengan melaksanakan
penelitian dan pengembangan[19]
Sejalan
dengan uraian tersebut di atas, Amstrong dalam Nana Sudjana membagi tanggung
jawab guru lima katergori yaitu:
1.
Tanggung jawab dalam
pengajaran.\
2.
Tanggung jawab dalam memberikan
bimbingan.
3.
Tanggung jawab dalam
mengembangkan kurikulum.
4.
Tanggung jawab dalam
mengembangkan profesi.
5.
Tanggung jawab dalam
dalam membina hubungan dengan masayarakat[20]
Masalah
tanggung jawab guru pada lembaga pendidikan formal yang paling utama adala pencapaian
tujuan pendidikan dalam rangka pembentukan pribadi anak. Dia harus benar-benar
berusaha mendidik agar anak didiknya memiliki kepribadian seperti yang
diharapkan.[21]
2.
Minat Belajar
a.
Pengertian minat belajar
Untuk
mendapatkan pengertian yang jelas tentang minat belajar, penulis mengemukakan
pengertian kata “minat” dan “belajar” secara terpisah karena minat dan belajar
merupakan rangkaian kata yang masing mempunyai arti tersendiri. Adapun arti
minat adalah kesadaran seseoorang bahwa suatu obyek seseorang.[22]
Berdasarkan pendapat diatas maka tujuan berfikir siswa terhadap sesuatu dipengaruhi
pengalaman-pengalaman, alat indera dan pengamatan yang disengaja. Mungkin
perubahan antar citi-cita dan proses berfikir siswa sebagaimana halnya dialami dan
dinyatakan. Oleh karena itu, minat siswa merupakan dinamika pengalaman yang
asli yang memberikan petunjuk dan rangsangan diminatnya suatu ide, salah satu
ahli pendidikan berpendapat bahwa:
Perhatian
dan minat itu dibangkitkan oleh guru terhadap siswa disebut dengan minat yang
disengaja, sedangkan yang timbul dari siswa itu disebut minat atau spontan,
perhatian spontan cenderung lama dari pada perhatian disengaja itu justru lebih
penting artinya.[23]
Adapun
pengertian belajar yang penulis kutip dari ahli pendidikan sebagai berikut :
Belajar
adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil latihan atau
pengalaman interaksi dengan lingkungan.[24]
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat diketahui bahwa belajar berarti usaha mengubah tingkah
laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang
belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan
tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian harga diri,
minat, watak dan penyesuaian diri[25]
Dengan
memahami, kedudukan minat dan proses belajar mengajar, maka seorang siswa dalam
kegiatan belajarnya sedapat mungkin benar-benar perhatian terhadap sejumlah
pelajaran yang diikuti. Selain untuk memusatkan pikiran, minat juga dapat
menimbulkan kegairahan atau kegembiraan dalam belajar siswa. Kegairahan itulah
yang dapat memperbesar daya kemampuan siswa untuk belajar dan tidak mudah
menjadi lupa terhadap apa yang dipelajarinya. Sebaliknya apabila siswa belajar
dengan kondisi yang tidak gembira akan membuat pelajarannya itu terasa sangat berat. Oleh karena itu dibutuhkan upaya atau
proses baik dari pihak pendidik maupun dari siswa itu sendiri untuk selalu
menciptakan kegairahan dalam proses belajar mengajar.
b.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Minat Belajar
Oleh
karena minat merupakan suatu kondisi kejiwaan yang dialami oleh beberapa faktor
penting dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Minat belajar dalam proses
belajar mengajar dapat dibangkitkan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1.
Adanya sifat ingin tahu
dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
2.
Adanya sifat yang kreatif
pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk selalu maju.
3.
Adanya keinginan untuk
mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-temannya.
4.
Adanya keinginan untuk
memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru.[26]
Berdasarkan
rumusan di atas, dapat dipahami bahwa minat belajar senantiasa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
a)
Adanya tujuan yang ingin
dicapai.
Secara
umum, berbicara mengenai tujuan dalam sitem pendidikan dan pengajaran merupakan
bagian yang sangat penting, sebab menyangkut hasil akhir dari sebuah proses
pendidikan dan pengajaran yang dikategorikan dalam tiga jenis yaitu:
1.
Untuk mendapatkan
pengetahuan.
2.
Untuk menanam konsep dan
keterampilan.
3.
Pembentukan sikap.[27]
Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan belajar dan minat siswa merupakan suatu
hubungan kwalitas. Dalam arti bahwa minat belajar mungkin ditumbuhkan dengan
baik dalam belajar bilamana pemahaman akan tujuan belajar telah menjadi jelas.
Itulah sebabnya sikap memulai pelajaran, peserta didik selalu diingatkan dngan
tujuan belajar yang ingin dicapai pada setiap tahap proses pendidikan dan
pengajaran.
b)
Motivasi
Setiap
motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulus tindakan
ke arah tujuan tersebut. Motvasi juga
sering di artikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Dalam
proses belajar mengajar, motivasi sering dimknakan sebagai daya penggerak yang
telah menjadi aktif. Motivasi dapat dimaknakan sebagai suatu upaya untuk
menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan prilaku tertentu yang
terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.[28] Dalam
hal ini motivasi yang mengarah pada peningkatan minat belajar siswa harus
dipahahi sebagai salah satu hal penting dalam pencapaian tujuan pengajaran.
Pendapat
di atas dikuatkan oleh Mc. Donald yang
berpendapat bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam arti seseorang yang
ditandai dengan munculnya feelingdan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan.[29]
Dari
pengertian dapat dipahami bahwa timbulnya motivasi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya beberapa hal sebagai berikut:
1.
Adanya motivasi itu
mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
2.
Adanya motivasi ditandai
dengan munculnya rasa, feeling efeksi seseorang.
3.
Motivasi akan dirangsang
karena tujuan tertentu.
Dengan
menyimak berbagai keterangan yang dikemukakan di atas, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa motivasi dapat menjadi daya pendorong bagi siswa dalam
meningkatkan minat belajarnya.
c)
Perhatian
Salah
satu kendala yang sering dihadapi oleh seorang guru dalam kelas adalah menarik
perhatian siswa dan menjaga agar perhatian itu tetap ada. Karena perhatian
seorang siswa dalam proses belajar mengajar bermakna sebagai usaha mengarahkan
pikiran dan konsentrasi hati manusia terhadap obyek yang dihadapinya.
Apabila
bahan yang dipelajari kurang menarik perhatian anak didik, maka sudah barang
tentu akan timbul rasa bosan dan sifat bosan dan malas belajar bagi peserta
didik. Oleh karena itu, seorang guru dianjurkan untuk memberikan rasa humor
seperlunya dalam menghangatkan suasana belajar dan menarik perhatian siswa.
Ada
beberapa prinsip agar dapat menarik perhatian siswa an kemudian menjaga agar
perhatian itu tetap ada:
1.
Perhatian seseorang
setuju dan diarahkan pada hal yang baru diperoleh atau yang didapat selama
hidupnya.
2.
Perhatian seorang tertuju
da tetap berada dan diarahkan atau tertuju pada hal-hal yang dianggap rumit.
3.
Mengarahkan perhatian
pada hal-hal yang di kehendaki.[30]
Kesimpulan bahwa minat sebagai salah satu unsur kejiwaan manusia banyak
dipengaruhi oleh faktor kejwaan pula. Seperti pemahaman yang jelas tentang
tujuan yang hendak di capai. Motivasi belajar yang baik dari berbagai pihak
terutama tenaga pengajar serta perhatian
siswa terhadap berbagai pelajaran yang dipelajari.
2.
Pengertian metode
pengajaran
Dalam pandangan
umum, dapatlah kata metode itu diartikan
“melalui” yang berasal dari bahasa latin “meta” dan “hodos” yang berarti
“jalan” atau “ke” atau “cara” dalam bahasa arab metode di sebut “tariqah”
artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem yang mengatur cita-cita.[31]
Sebagai salah satu
ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi
induknya, hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendir. Oleh
karena itu, ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang
digunakan dalam pekerjaan pendidik.
Demikian
pula,pendidikan islam merangkum metode pendidikan yang tugas dan fungsinya
adalah memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dari ilmmu pendidikan agama islam tersebut.
Dari uraian
tersebut di atas, Prof.Dr. Omar Muhammad Al-Taoumy Al-Syaibany memahaminya
bahwa metode pendidikan (pengajaran) islam adalah segi kegiatan kegiatan
terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata
pelajaran agama seperti aqidah, ahlaq, tauhid, fiqih dan sebagainya. Yang
diajarkannya ciri-ciri perkembangan setiap murid dan suasana alam di sekitarnya
serta tujuan untuk membantu seiswa mencapai proses belajar yang di inginkan
serta perubahan pada tingkah laku mereka. Selanjutnya dapat membantu memperoleh
maklumat, pengetauan agama,keterampilan berbuat, kebiasaan, sikap, minat dan
nilai-nilaii yang di inginkan.[32]
Berdasarkan
defenisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pendidikan
(pengajaran) agama islam adalah jalan atau cara yang diterapkan dalam proses
belajar mengajar agama islam, guna tercapainya tujuan dan cit-cita pendidikan
islam.
a.
Macam-Macam Metode
Penagajaran Agama Islam
Sebagaimana
diketahui bahwa, pengajaran merupakan bagian integral dari pendidikan, maka
metode mengajar adalah suatu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu
peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciftakan proses belajar mengajar,
dimana metode ini diharapkan tumbuh dalam berbagai kegiatan belajar sehuungan
dengan kegiatan guru dalam mengajar (interaksi edukatif)
Menurut Zakiah
Darajat dalam bukunya “metodik khusus pengajaran islam” mengemukakan 10 macam
metode pengajaran yaiu:
1)
Metode Ceramah
Metode
ceramah adalah penuturan atau uraian dan penjelasan bahan pelajaran secara
lisan kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Murid menyimak dan
memperhatikan dengan baik apa yang disampaikan oleh guru.
2)
Metode Diskusi
Metode ini pada dasarnya ialah, tukar menukar informasi, pendapat, dan
unsur-unsur pengalaman, secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan
pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang sesuatu atau untuk menampung keputusan secara
bersama.
3)
Metode eksperimen
Merupakan
suatu metode dengan mengadakan eksperimen yang biasanya dilakukan dalam satu
pelajaran tertentu seperti ilmu alam dan sejenisnya
4)
Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah metode pengajaran yang menggunakan peragaan untuk
memperjelaskan satu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik.
5)
Metode Pemberian Tugas
Metode
ini merupakan satu cara dalam proses belajar mengajar, bilamana guru memberikan
satu tugas untuk diselesaikan oleh siswa atau dipertanggung jawabkan kepada
guru.
6)
Metode Sosiodrama
Drama
atau sandiwara oleh guru atau kelompokorang untuk memainkan (mendamatisasikan)
satu cerita atau tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial yang dipelajari.
7)
Metode Drill (latihan)
Metode
latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh satu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari, dan sekarang mengukur sejauh mana
daya serap siswa terhadap pelajaran tersebut.
8)
Metode Kerja Kelompok
Metode
kerja kelompok mengandung pengertian bahwa, satu kelas dipandang sebagai satu
kesatuan (kelompok) tersendiri atau di bagi atas kelompok-kelompok kecil untuk
memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan pekerjaan secara bersama-sama.
9)
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah satu teknik mengajar yang dapat membantu
kekurangan yang terdapat dalam metode ceramah, baik dari segi pemahaman atau
pengertian siswa, atau guru dapat memmperoleh gambaran sejauhmana murid dapat
mengerti atau mengungkapkan apa yang diceramahkan. Metode tanya jawab ini,
dilakukan oleh guru terhadap muridnya atau murid terhadap gurunya.
10)
Metode Proyek.[33]
Metode
ini juga disebut dengan teknik penyajian unit. Anak didik disuguhi dengan
bermacam-macam masalah, dan anak didik secara bersama-sama menghadapi masalah
tersebut dengan mengikuti langkah-langkah tertuentu secara ilmiah, logis dan
sistematis. Teknik ini merupakan yang modern karena murid tidak begitu saja
menghadapi persoalan tanpa pemikiran-pemikiran ilmiah.
F. Metodologi Penelitian
1.
Populasi dan Sampel
Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam setiap mengadakan penelitian
selalu berhadapan dengan subyek yang diteliti yang biasa disebut dengan
populasi dan sampel penelitian. Penentuan subyek tersebut tergantung kepada masalah
yang akan diteliti serta hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Dalam hal ini
tampaklah bahwa masalah populasi sebagai subyek yang diteliti mempunyai peranan
yang sangat penting.
a.
Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan, yang dimaksud dengan seluruh data
yaitu dapat berupa individu, rumah tangga, keluarga, kelompok sosial, sekolah,
kelas, organisasi dan lain sebagainya.[34]
Menurut Ine Amirman
Yousda populasi adalah “keseluruhan objek yang diteliti baik berupa orang,
benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi”.[35]
Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek
penelitian.”[36]
Sehubungan dengan hal
ini maka Hermanto Warsito mengatakan “populasi adalah sekumpulan unsur-unsur
atau elemen yang menjadi objek penelitian dan elemen populasi itu merupakan
suatu analisis”.[37]
P. Joko Subagyo
mengemukakan bahwa “Populasi adalah objek penelitian sebagian untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data.”[38]
Sedangkan menurut
Nana Sudjana, mengatakan bahwa:
Populasi
adalah loyalitas semua nilai yang memungkinkan, hasil menghitung atau mengukur
kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua
anggota kumpulan yang lengkap dan jenis yang ingin dipelajari sifat-sifatnya[39]
Selain
pengertian di atas, masih ada pendapat lain yang memberikan pengertian populasi
sebagai berikut :
a.
Sekumpulan unsur
atau elemen yang menjadi obyek penelitian dan elemen populasi itu merupakan
suatu analisis.
b.
Sekelompok obyek,
baik manusia, gejala, nilai tes, benda dan peristiwa.
c.
Jumlah keseluruhan
analisis unit yang ciri-cirinya akan diduga[40]
Dari beberapa
pengertian di atas, maka dapatlah diketahui bahwa populasi adalah keseluruhan
obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala,
nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu dalam suatu penelitian.
Jadi poulasi
dalam penelitian ini ada dua macam yaitu: guru yang ada di MA Darus Shafaa
Balang-balang yang berjumlah 16
orang dan seluruh siswa yang beragama islam yang ada di MA Darusshafaa Balang-balang sebanyak 97
b.
Sampel
Setelah populasi ditentukan dengan jelas, barulah dapat
ditetukan apakah mungkin meneliti seluruh elemen populasi atau perlu mengambil
sebagian dari populasi yang di sebut sampel. Suatu penelitian tidak perlu
selalu meneliti semua anggota dari populasi, karena iya disamping memakan biaya
yang besar juga membutuhkan waktu yang lama dan kemampuan penulis yang
terbatas. Dengan demikian sebagian populasi sampel dapat diharapkan bahwa hasil
yang diperoleh akan memberikan gambaran yang sesuai dengan sifat populasi yang
bersangkutan.
Berdasarkan pendapat tersebut, sampel dapat diartikan
adalah sebahagian dari populasi yang diteliti yang dipandang perlu mewakili
populasi. Oleh karena sampel yang diambil harus mencerminkan keadaan umum
populasi yang dengan kata lain harus representatif.
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian sampel
yaitu:
1.
Sampel adalah
bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian, artinya sampel adalah untuk mewakili sebagian
dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti.[41]
2.
Sampel adalah
kelompok representatif dari populasi yang akan berperan sebagai responden.[42]
3.
Sampel adalah
sebagian dari populasi yang dijadikan sasaran penelitian.[43]
Disamping itu Sutrisno Hadi memberikan pengertian sampel,
sebagai berikut:
Sampel adalah
sbagian individu yang diselidiki itu disebut sampel atau contoh, sedang semua
individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak
digeneralisasikan, disebut populasi atau universe.[44]
Sejalan dengan
hal tersebut di atas, maka dalam
penelitian ini peneliti mengambil yakni seluruh siswa kelas I, II, III yang
berjumlah 97 orang, I kepala sekolah dan orang 3 guru PAI sebagai sampel
penelitian.
2.
Instrumen
Penelitian
Keberhasilan
penelitian banyak ditentukan oleh instrumen penelitian sebab data yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah dan menguji hipotesis
diperoleh melalui instrumen penelitian harus betul-betul dirancang dan di buat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan data dan informasi yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Sehunbungan dengan
kegiatan penelitian ini penulis akan mempergunakan metode penelitian antara
lain:
a. Observasi, yaitu penulis mengadakan langsung pengamatan
terhadap fenomena obyek penelitian.
b. Interviu, yaitu penulis mengadakan langsung wawancara
denagn guru atau siswa di sekolah guna mendapatkan data yang lebih konkret
tentang permasalahan yang ada di skripsi.
c. Angket, yaitu metode yag dipergunakan untuk mengumpulkan
data baik dari siswa maupun guru dengan jalan mengedarkan yang berisi beberapa
pertanyaan yang ada hubungannya dengan skripsi.
d. Dokumentasi, adalah penulis langsung melihat dan membaca
dokumentasi atau arsip yang ada di MA Darusshafaa Balang-Balang kabupaten
sinjai.
3.
Prosedur
pengumpulan data
Untuk mendapatkan
data dilapangan dalam rangka penyelesaian skripsi, penulis menggunakan prosedur
pengumpulan data sebagai berikut:
a.
Riset kepustakaan,
yaitu penulis membaca literatur dan menelaah serta mencatat hal-hal yang ada
kaitannya dengan masalah yang di bahas dalamdalam skripsi yang bersifat
teoritis dengan menggunakan beberapa bentuk teknik yaitu:
1.
Kutipan langsung,
yaitu penulis mengutip dari bahan referensi dengan merubah redaksinya, baik
berupa bentuk ulasan, ikhtisar, namun tidak merubah dan mengurangi makna dan tujuan yang di maksud.
2.
Kutipan tidak
langsung, yaitu kutipan yang hanya memuat ikhtisar atau ulasan dari buku dengan
menggunakan redaksi sendiri tanpa mengurangi atau menambah maksud dari buku
tersebut dan intisari yang di ambil hanya beberapa garis-garis besarnya saja.
b.
Riset lapangan
Yaitu penulis
mengadakan penelitian dengan menggunakan atau melihat keadaan siswa secara
langsung di lapangan dengan mengumpulkan data populasi dan sampel penelitian
melalui teknik sebagai berikut:
a.
Angket, yaitu
merupakan daftar-daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dengan
sistem berurutan (item) untuk di isi sesuai dengan keinginanya, jadi angket
tersebut dinamakan angket berstruktur digunakan untuk memperoleh data secara
tertulis yang diberikan kepada responden.
b. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan percakapan langsung dengan informan yang dalam hal ini kepala
sekolah, guru pendidikan agama islam dan siswa di MA Darusshafaa balang-balang
kabupaten sinjai.
c.
Dokumentasi, yaitu
pengumpulan data atau bahan yang bersumber dari dokumen tertulis yang ada di MA Darusshafaa
Balang-balang kabupaten sinjai
3.
Teknik Analisi data
Untuk menganalisi data maka
penulis menggunakan teknik berfikir sebagai berikut:
a. Teknik deduktif yaitu teknik menganalisis data yang
bersifat khusus kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat umum
b. Teknik induktif yaitu menganalisis data dari yang
bersifat umum kemudiian mengambil kesimpulan yang bersifat khusus.
c. Teknik komparatif yaitu menganalisis data dengan
membandingkan antara satu pendapat dengan pendapat yang lainnya kemudian
diinterpretsikan untuk mendapatkan kesimpulan.
Dalam membahas atau mengolah data yang telah terkumpul,
penulis menggunakan metode pengolahan data yang sifatnya kuantitatif, diolah
dengan cara menggunakan presentase (%), kemudian dari jumlah presentase
tersebut diberikan uraian dan penafsiran.
Adapun rumus yang digunakan
P =
x 100%
Keterangan
P= jumlah presentase
F= jumlah responden
N=
Jumah keseluruhan
[1]Syaifullah bahri Djamarah, startegi belajar
mengajar, (cet.I, jakarta : Rineka Cipta, 1995), h, 84
[2] Slameto, belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya (cet. I ; Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 180.
[3] M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di
Sekolah Dengan Rumah Tangga. ( cet. I ; Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h
163.
[6] H. Abdurrahman, pengelolaan pengajaran, (cet, III ;
Ujung pandang : IAIN Alauddin, 1991), h,
51.
[8] Moh, Uzer Usman, Menjadi
guru yang profesional, (cet. IV ; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h 4
[9] Sardiman AM, interaksi
dan motivasi belajar mengajar, edisi. I, (cet. IV ; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1992 ), h.123
[13]H. Abdurrahman, op.cit, h,51
[17] Syaiful bahri Djamarah,
dan Azwar Zain, startegi belajar mengajar, (cet, I ; jakarta : PT Rineka Cipta,
1997), h. 67.
[18] Cece Wijaya, A. Tabrani
rusyan, kemampuan dasar guru dalam proses balajar mengajar. (cet. I ; bandung :
PT Remaja rosdakarya, 1991). H. 9-10.
[20] Nana sudjana, Dasar-dasar
Proses belajar mengajar, (cet. IV ; bandung : sinar baru Algesindo, 1998), h.
5.
[21] Departemen agama RI, ilmu
pendidikan, Jilid I B, (jakarta : direktorat jenderal pembinaan kelembagaan
agama islam, 196/1987), h.4.
[25] Drs. H. Abdurrahman,
pengelolaan pengajaran (cet. VI; ujung pandang: bintang selatan, 1994), h.
98-99
[26] Sardiman. AM., Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Ed.
I; Cet, IX; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001),h. 44.
[28] Prof. Dr. H. Mohammad
Surya, Psikologi Pembelajaran Dan
Pengajaran (Cet. III; Jakarta: CV. Mahaputra Adidaya, 2003), h.92.
[30] Drs. Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya (Cet. III; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), h.106.
[33] Dr. Zakiah Darajat, dkk,
Metodik khusus pengajaran agama islam (jakarta : Bumi Aksara, 1995), h.289
[34] S. Margono, metodologi
penelitian pendidikan, (cet. I : jakarta : PT. Rineka cipta, 1997), h 118.
[35]Ine Amirman Yousda dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik
Penelitian (Cet. I; Jakarta:
Bumi Aksara, 1993), h. 138.
[36]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Cet. XI; Jakarta:
Rineka Cipta, 1998), h. 115.
[37]Hermanto Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1998), h. 49.
[38]P. Joko Subagyo, Elemen Metodologi Penelitian (Cet. II;
Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 23.
[43] Murdalis, metode
penelitian suatu pendekatan proposal, (cet. III ; jakarta : Bumi aksara, 1995),
h. 53.
Trimah kasih,, sangat membantu menyelesaikan tugas saya..:)
BalasHapus